Apa sih
yang dilakukan setelah lulus? Kerja? Buka usaha? Serius nyemplung ke dunia
menulis? Menikah? Entahlah. Rasa-rasanya hal paling normal buat dilakukan
sekarang adalah bekerja. Ngantor seminggu enam kali, dengan delapan jam kerja atau
sampai si bos pulang, gajian tiap tanggal muda, dan tidur sepanjang hari setiap
libur. Ish! Jujur saja, bayangan itu bikin saya mau tidak mau jadi merasa sedih
(?). Bahkan merinding. Tentu saja, bukan pekerjaan seperti itu yang saya
harapkan. Tentu saja, bukan hal itu yang hidup di kepala saya (sampai saya
kembali sadar, bahwa bayangan selalu saja lebih indah, yes!). Tapi ketika ijazah sudah di tangan dan kuncir toga telah
berpindah ke kanan, itulah hal paling wajar yang harus dilakukan. Minimal bagi
saya.
Oke,
mari sejenak bongkar-bongkar kepala saya. Dulu… dulu sekali ketika saya masih
berada di semester tengah, bayangan saya ketika usia sudah 22, saya bisa
memilih sendiri pekerjaan yang saya inginkan, punya jam kerja fleksibel dan
bisa liburan ke mana saja meski dengan budget
minim. Hidup dengan menulis, misalnya. Tapi ternyata, keadaan tidak semudah
itu. Saya tidak akan pernah bisa mendapatkan uang dari menulis jika saya masih
sepangkeh ini. Kata salah seorang teman, ‘Iwul terlalu idealis’ dan idealisme
kolot seperti yang saya punya tidak berguna di mana pun kecuali saya hidup di
planet Pluto. Pada satu titik saya akhirnya sadar, bahwa jika kau tidak punya
uang atau tidak terlalu pintar, maka kau tidak berhak jadi pribadi yang sok
idealis. Fine… oleh karena itu, saya
harus bekerja, saya harus punya uang agar bisa berkarya tanpa mengharap balasan
finansial.
Tapi hey,
itu dulu. Sekarang, di usia 22 yang sebenarnya, saya harus siap-siap menjadi
tulang punggung keluarga. Paling tidak, bisa membantu orang tua
sedikit-sedikit. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus bekerja. Gaji tidak
terlalu besar asalkan tetap, tidak apa. Itulah satu-satunya pilihan, meski mungkin bukan pilihan final. Dan saya
sungguh-sungguh berharap, semoga saya cepat kerasan di tempat kerja. Semoga
saya betah menjalani rutinitas itu. Semoga saya bertemu orang-orang baik yang
kelak bisa menjadi sahabat saya. Dan semoga saya enjoy dengan perubahan
aktivitas saya nanti. Insya Allah. Dengan niat baik, niat mencari nafkah, saya
yakin, meski tidak mudah, saya bisa menjalaninya. Sampai suatu saat nanti, saya
pantas memilih jalan saya sendiri.
1 komentar:
Selamat datang di dunia nyata (baca: kerja).
Cobalah berbagai macam hal yang baru. Jangan lupa untuk tetap menulis.
Semangat dek!
Posting Komentar