Saya ingat ketika dulu… dulu sekali, beberapa orang sering berpesan,
“Sekolah yang tinggi! Jangan seperti bapak. Bapak tidak sekolah, setelah
tua rasanya menyesal.” Dan benar saja. Itulah yang saya rasakan
akhir-akhir ini. Menyesal. Astaghfirullah… iya, menyesal! Jujur saya
tidak tahu dengan serentetan kejadian yang membuat saya merasa digempur
dengan penyesalan belakangan ini. Kenapa saya harus ‘dipertemukan’
dengan orang-orang ini? Kenapa, Tuhan? Dan sialnya lagi, ternyata saya
SUDAH menyesal bahkan sebelum merasakan masa tua. Saya juga tidak
menyesal karena tidak bersekolah. Saya menyesal karena satu hal yang
saya rasa jauh lebih penting dari sekolah. BELAJAR!
Seandainya dulu saya belajar sungguh-sungguh… seandainya saya tidak terlalu malas… seandainya saya, ah sudahlah!
Semua
berawal ketika saya menemukan blog-nya Mbak Orissa, pacar dari pemenang
Stand Up Comedy Indonesia season 2, Bang Ge Pamungkas. Bukan maksud
saya buat jadi penguntit, saya hanya… yah, saya suka membaca salah satu
entri tentang anjingnya yang meninggal. Karena tulisannya asyik, saya
ketagihan buat ‘ngemil’ lebih banyak lagi. Hingga pada akhirnya saya
mengetahui suatu kenyataan. Kenyataan yang terus terang bikin saya sesak
napas selama berhari-hari; Mbak Orissa pernah bekerja di Jerman ketika
usianya masih 22. Wow. Biar saya ulang sekali lagi. WOW! Dan, marilah
menilik dengan sisa-sisa 22 yang saya miliki, saya masih sempoyongan
berkutat dengan skripsi! Tidak, tidak, saya tidak bercanda. Ketika Mbak
Orissa sudah menjelajah negara-negara di Eropa, saya MASIH BELUM
MELAKUKAN APA-APA!!! Saya benar-benar NOL BESAR! Bangunlah, Wulan… Cepat
sadar!
Dua kata buat Mbak Orissa; merdeka dan smart.
Kemudian
pengalaman-pengalaman hebat──yang menyesakkan─lainnya bertubi-tubi
mengacaukan hari-hari saya. Yakni ketika saya tersasar di website DBL
(Development Basketball League). Kenyataan bahwa saya tidak pernah
merasakan kemenangan yang berarti selama 22 tahun ini membuat saya cukup
sensitif. Jadi tidak salah bila saya bisa menangis hebat ketika melihat
Bagas dinobatkan menjadi pemenang Idola Cilik──abaikan! Ketika itu
trenyuh sekali membaca dan mengamati foto-foto cewek SMA berbaju basket
yang menyuguhkan kemenangan tim mereka di hadapan 10.000 penonton. Ya
ALLAH… keren sekali. Belum lagi waktu saya menemukan pemenang penulis
artikel dan fotografer terbaiknya, membuat saya tercenung lama sambil
bertanya dalam hati: Apakah saya menghabiskan masa-masa sekolah dengan
berbagai prestasi? Sayang sekali, saya tidak.
Dan malam ini, saya meluncur ke blognya Mbak Titish AK, yang merupakan penulis teenlit A Little White Lie
(sudah sampai cetakan ke-13 dan sudah dibuat FTV) lagi-lagi saya merasa
tertampar. Malu, sesek, miris. Dan satu lagi, menyesal. Mbak Titish AK
yang merupakan alumni Sastra Indonesia UGM ini ternyata pernah mengikuti summer school di
Belanda, dan jalan-jalan di beberapa kota di Eropa. Mbak Titish yang
orang Jogja pernah merasakan udara di Eropa dan tentu saja itu gratis.
Gratis, mamen... Jadi ceritanya, Mbak Titish ini mengikuti kompetisi
menulis di blog dan menjadi salah satu juara yang akhirnya diterbangkan
ke sana. Lagi-lagi saya tergugu, kali ini dengan wajah membersut. Saya
jadi paham, ternyata ‘kewajiban’ penulis itu bukan hanya menulis. Tapi
juga cerdas. Seperti Mbak Titish. Muda, cerdas, dan pintar.
Lalu,
apa yang sudah saya kerjakan selama bertahun-tahun ini? Saya tipikal
orang santai dari sekian banyak siswa-siswa santai lainnya. Saya tidak
suka pelajaran di sekolah, saya tidak suka mempelajari sesuatu yang
tidak ada signifikansinya terhadap kehidupan, saya malas! Tapi sekarang,
setelah dua puluh dua tahun, saya merasa ‘dikunyah’ habis-habisan
dengan kebiasaan buruk tersebut. Ya, saya pantas mendapatkannya!
Seandainya
bisa kembali ke masa-masa SD, saya tidak akan mengeluh bila harus
mengurangi jatah kelayapan ke sungai dan manjat pohon jambu milik
tetangga untuk belajar lebih serius. Seandainya bisa kembali menjadi
anak SMP, saya akan mati-matian belajar Fisika, Matematika, Bahasa
Inggris dan pelajaran lain yang sempat bikin alergi. Seandainya ada
kesempatan untuk mengulang masa SMA, saya akan dengan senang hati
bercapek-capek mengikuti kegiatan eskul. Atau paling tidak, saya tidak
boleh terlalu malas membaca. Dan menulis dengan benar-benar ‘benar’.
Saya
benci menjadi gadis 22 tahun yang tidak bisa casciscus berbahasa
Inggris. Saya benci menjadi gadis 22 tahun yang tidak memiliki prestasi.
Saya benci menjadi gadis 22 tahun yang tidak ke mana-mana.
Bagi
kalian yang masih SMP, masih SMA, masih unyu-unyu dan sedang
aktif-aktifnya, banyaklah belajar. Belajar apa saja. Belajar SEMUANYA.
Percayalah, tidak akan ada yang sia-sia dengan pelajaran-pelajaran
membosankan itu. Ayo segeralah buka buku, tingkatkan nilai, eksplor
kemampuan kalian. Selagi masih sempat, selagi masih sangat muda, selagi
masih punya wadah. Agar tidak ada penyesalan di umur 22. Ya, seperti
saya.
Dan bagi saya sendiri, saya berterima kasih
kepada Allah yang telah mempertemukan saya dengan tokoh-tokoh keren di
atas. Tokoh-tokoh hebat yang inspiring sekali. Oke, di tengah-tengah rasa penyesalan ini, saya masih harus belajar.
Semoga
tidak satu pun dari kita yang akan merasakan penyesalan lebih lama
lagi. Satu tahun berikutnya, saya berharap sudah menjadi Wulan yang
berbeda. Wulan yang sedikit lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar